Minggu, 08 Maret 2009

Benda Bersejarah Kapal Keruk Cerucuk

Budak negro yang dijatah hak hidupnya oleh orang Eropa hanya bisa tersedu, diiringi alat musik mereka bernyanyi, suara kesedihan berubah menjadi ratapan bersenandung. Bagi tanah New Orleans orang Eropa maupun Afrika adalah sama-sama pendatang pembuat onar. Bedanya bangsa Eropa mendominasi sementara bangsa Afrika diperbudak.

Kini ratapan bersenandung atau ”irama miring” itu dikenal dengan irama Jazz yang dalam lingkungan kampus dianggap sebagai irama intelek. Maka jadilah kota New Orleans sebagai kota Jazz yang mendunia dan menghilangkan nuansa perbudakan, kecuali artefak-artefak yang berkaitan dengan musik Jazz. Dari coffe shop, halaman parkir hingga persimpangan jalan bisa dijumpai irama Jazz. Gedung-gedung modernnya bersimbiosis dengan pemusik jalanan tanpa mengurangi kesan kumuh apalagi perbudakan.

Yang ingin digambarkan disini adalah bagaimana sebuah budaya bisa ditransformasikan dan saling mendukung. Yang menarik dari Transformasi budaya tersebut pertama, secara teknis irama budak berubah jadi irama intelek. Kedua, bangsa yang berbeda dominansi sosial, ekonomi maupun politiknya bisa menyatu justru dengan budaya bentukan (artifisal). Ketiga, sangat sulit memahami fanatisme global sebuah budaya (musik Jazz) tanpa adanya kemampuan mengeksploitasi nilai (intangible) dari sebuah objek fisik (tangible).

Oleh karena itu untuk mengeksploitasi objek fisik termasuk Kapal Keruk Cerucuk dibutuhkan pemikiran komprehensif bagaimana nilai-nilai yang terkandung bisa dieksploitasi sedemikian rupa sehingga tidak terjebak pada konsepsi harga sekumpulan besi tua.

Secara normatif persoalan budaya menjadi tanggung jawab stakeholder. Artinya persoalan budaya mengundang kepedulian pemerintah (eksekuif-legislatif-yudikatif), kalangan pengusaha dan masyarakat. Sayangnya pengertian stakeholder ini sering dimaknai terpisah, sehingga tanggung jawab pengembangannya pun tertuju pada satu domain saja. Fungsi budaya didudukkan pada status penting dalam organisasi kepemerintahan, yakni Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Namun seiring dengan perubahan organisasi di pemerintah daerah, kini kebudayaan hanya menjadi sub organisasi Dinas Perhubungan Dan Pariwisata. Penggalian nilai-nilai tradisional ataupun nilai budaya lainnya tidak lagi menjadi dasar yang terkait dengan perkembangan dunia pendidikan tetapi lebih diarahkan untuk mendukung nilai tambah dari industri pariwisata yang diukur berdasarkan jumlah kunjungan wisata.

Pertanyaan adalah bagaimana optimalisasi penggalian nilai baik nilai sejarah maupun nilai peradaan manusia atau budaya dari objek fisik bisa dilakukan sehingga tidak saja berdampak terhadap pembangunan ekonomi tetapi juga memberikan manfaat mendasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan etika bermasyarakat. Sementara efek globalisasi telah mengaburkan identitas masyarakat serta mempercepat perubahan fungsi dan nilai-nilai yang ada di masyarakat melalui jaringan kapital yang turut mengglobal.

PEMASALAHAN

Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah, penegasan Bung Karno ini menyadarkan kita untuk restrospeksi arah pengembangan masyarakat di kemudian hari sekalipun sejarah akan membuka kesalahan kita dimasa lalu. Kesalahan justru bernilai positif dengan memberdayakan nilai yang ada sesuai dengan kebutuhan masa kini.

Persoalannya sebuah nilai seringkali diterjemahkan dengan harga dan biaya, lebih buruk lagi orientasi biaya dan harga ini dilakukan untuk mendapat hasil yang cepat sehingga mengabaikan proses (produktivitas).

Konsepsi berpikir instant ini, mengabaikan nilai-nilai sosial ataupun sumberdaya yang tidak terlihat (intangible resource). Sebagai sebuah objek fisik, Kapal Keruk Cerucuk, bangunan arsitektur atau benda-benda bersejarah lainnya lebih dipandang sebagai kumpulan besi-besi dan bangunan tua yang lebih layak untuk dirobohkan atau dijual.

Belitung identik dengan timah karena dalam rentang waktu yang cukup lama perkembangan sosial ekonomi dipengaruhi oleh sumberdaya alam yang tidak bisa diperbaharui tersebut. Sejarah peradaban masyarakat dan dinamika sosial ekonomi masyarakat di Pulau Belitung tidak bisa lepas dari sejarah penambangan timah. Kuli-kuli tambang Cina yang dipekerjakan oleh orang-orang Eropa yang berinvestasi di pulau ini tidak sekedar menjadi bahan penelitian hubungan antara buruh-majikan.

Hukum ekonomi yang melihat adanya penambahan input tetapi menghasilkan output yang cenderung menurun (law of deminishing return) juga tak kalah menarik sebagai bahan retrospeksi membangun masyarakat hingga turut merubah struktur ruang wilayah, vegetasi, keberagaman hayati serta landscape. Bentang alam (landscape heritage) yang dititipkan Tuhan untuk generasi-generasi yang akan datang dirusak oleh pemikiran instant dari manusia-manusia nomaden kaya modal.

Restrukturisasi PT.Timah tahun 1991 dengan pengurangan karyawan yang cukup siginifikan menandai gejala deklinasi nilai-nilai sosial-ekonomi masyarakat Belitung. Ide pemikian untuk melakukan transformasi sosial ekonomi pun semakin kuat. Pemerintah Kabupaten Belitung kemudian menetapkan program pembangunan alternatif yang lebih dikenal dengan Panca Usaha Pokok. Kelima program tersebut meliputi program pembangunan di bidang pertanian, bidang perikanan dan kelautan, bidang peternakan, bidang pariwisata dan bidang industri pengolahan untuk mengatasi deklinasi perekonomian pasca tambang.

Pariwisata adalah salah satu program Panca Usaha Pokok yang semakin gencar didengungkan seiring kebijakan pemerintah pusat menetapkan Visit Indonesian Year tahun 1991 dan Kabupaten Belitung gencar mempromosikan asset wisata alamnya yakni pantai. Sayangnya pusaka alam (natural heritage) dan pusaka budaya (cultural heritage) tidak didasari pada uapaya untuk membangun bidang pariwisata sebagai sebauh industrial linkage.

Sebenarnya semua hasil budaya yang bersifat fisik merupakan manifestasi dari budaya non fisik (Atmodjo, 2004). Nilai-nilai yang terkandung dalam budya fisik seperti benda bersejarah kapal keruk menjadi bahan untuk merestrospeksi pembangunan sosial-ekonomi. Ketika masih berproduksi, keberadaan kapal keruk memicu pembangunan infrastruktur wilayah. Sebaliknya ketika sudah menjadi benda bersejarah, intrepretasi nilai yang dikandungnya menjadi sumberdaya (intagible resource) yang mendukung fungsi sosial (pendidikan) dan ekonomi (pariwisata) di Kabupaten Belitung.

Donovan D Rypkema ( staf pengajar Pensylvania University, USA dan bekerja untuk organisasi Heritage Strategy International), menguraikan manfaat konservasi ditinjau dari aspek ekonomi 1), diantaranya:

  1. Heritage Conservation creates jobs and creates more jobs than the same amount of new construction

1) Disampaikan pada World Urban Forum di Barcelona pada bulan September 2004 dan di Palembang dalam International Workshop : Capacity Buidling For Heritage Conservation in Sumatera pada bulan Juli 2005

Kegiatan konservasi kapal keruk cerucuk menciptakan lapangan kerja dan menghasilkan lebih banyak pekerjaan dibandingkan dengan membuat atau mengoperasionalkan kembali kapal keruk untuk penambangan. Dimana banyak bidang pekerjaan konstruksi seperti pengecatan, pengelasan, perbengkelan dan sebagainya dapat ditampung dalam kegiatan konservasi.

  1. Heritage Conservation not only has a greater impact on local labor demand but on local suppliers as well

Kegiatan konservasi kapal keruk cerucuk tidak hanya berdampak terhadap tenaga kerja lokal tetapi memberikan peluang usaha bagi supplier yang memasok alat dan bahan yang digunakan dalam konservasi tersebut seperti sector perbengkelan.

  1. Heritage Conservation is an effective smaller city economic development strategy

Kegiatan konservasi Kapal Keruk Cerucuk merupakan strategi pembangunan ekonomi skala kota kecil seperti Tanjungpandan apalagi jika dikaitkan keberadaan pantai Tanjungpendam sebagai kawasan wisata dan ruang publik.

  1. Historic rehabilitation activity is often a counter-cyclical activity that stabilizes the local economy

Kegiatan peremajaan sejarah seringkali memberikan keseimbangan terhadap ekonomi lokal.

  1. When encouraged through a comprehensive strategy, Heritage Conservation activity can have the same impact on the community as larger projects

Dengan strategi yang komprehensif, konservasi Kapal Keruk Cerucuk berdampak terhadap upaya mengajak masyarakat untuk mencari alternative sumber perekonomian pasca tambang, ancaman kerusakan lingkungan atau melibatkan masyarakat dalam proses transformasi ekonomi dan teknologi di Kabupaten Belitung.

  1. Heritage Conservation can be part of a strategy to attract industrial and manufacturing firms and retaining small business

Kegiatan konservasi Kapal Keruk Cerucuk merupakan bagian dari upaya untuk mengatraksi perusahaan industri dan pabrikasi terutama untuk menggantikan komponen kapal keruk yang sudah usang, sebaliknya perusahaan lokal dapat mempelajari teknologi permesinan yang masih bisa diterapkan hingga saat ini.

  1. Historic buildings provide efficient space for new uses

Kapal Keruk Cerucuk dapat dijadikan bangunan (museum) terapung, restoran ataupun sebagai tempat pertemuan yang unik. Selama ini kawasan wisata Tanjungpendam lebih berorientasi ke arah darat, jika kapal Keruk Cerucuk ini dipindahkan ke wilayah pantai, penambahan objek wisata ini akan menghubungkan atau memperluas ruang kawasan wisata Tanjungpendam melalui sebuah koridor berupa jembatan penghubung yang dapat berfungsi sebagai tambatan perahu wisata dan restoran terapung.

  1. Visitors to historic sites not only bring dollars but other opportunities as well

Pengunjung yang datang ke Kapal Keruk Cerucuk akan memberikan multiplier effect bagi industri pariwisata dan ekonomi masyarakat lokal, karena pengunjung akan menggunakan berbagai barang dan jasa yang ada di Kabupaten Belitung dalam perjalanan menuju lokasi objek sejarah. Nilai sejarah dan budaya dan jejak peradaban sebuah bangsa (Melayu, Cina dan Belanda) yang memberikan andil terhadap perkembangan pulau Belitung akn menjadi sumber perekonomian alternatif. Nilai-nilai tersebut dibawa pengunjung yang jika nilai-nilai tersebut ditransformasikan akan sama atau bahkan lebih besar dari biaya yang kita keluarkan.

  1. Spaces in historic structures are appropriate for many of the industries in the economy's growth sectors

Nilai sejarah memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi di sektor lainnya. Nilai sejarah mendorong (forward lingkage) kegiatan ekonomi sektor hilir dan menarik (backward lingkage) kegiatan ekonomi sektor hulu. Adanya konservasi Kapal Keruk Cerucuk mendorong perkembangan sektor perbengkelan dan sektor perdagangan sekaligus mendorong sektor hilirnya, yakni pariwisata seperti meningkatnya pengujung hotel dan restauran. Jika satu kegiatan perekonomian memiliki daya tarik dan daya dorong yang kuat ke sektor lainnya, maka sektor tersebut akan menjadi sektor unggulan .

KAPAL KERUK CERUCUK

Kapal keruk (emmerbagger atau disingkat EB) adalah instalasi yang mengapung yang digerakkan oleh tenaga uap maupun tenaga listrik diesel.

Mangkok penggali dirangkai menjadi sebuah rantai yang tidak putus-putus diatas rol yang terletak diatas tangga baja, 108 mangkok yang beratnya kurang lebih 1 ton tersebut berputar diatas geladak ponton yang mengapung. Rantai mangkok penggali ini diarahkan ke tanah kemudian diangkut kedalam kapal keruk. Tanah yang tergali dituangkan kedalam cungkiran atas (top tumbeler) untuk dipisahkan melalui saringan yang berputar.

Tanah yang telah dihancurkan, dibersihkan dan disaring oleh kekuatan pancaran air, dikeluarkan dari sebuah jet. Mineral (timah) yang tersaring selanjutnya diolah di dalam jig (alat pencuci) sehingga menghasilkan biji atau tin concentrate yang siap diangkut ke darat.

Untuk mengatur debit air dalam operasional kapal keruk dibangunlah pintu air (stuw atau sluits) sehingga dari bangunan pintu air dapat memudahkan pergerakan kapal keruk. Pintu air (stuw) yang dikenal masyarakat Belitung sebagai Jeramba Pice, kini fungsinya lebih diarahkan untuk objek wisata. Nama Pice diambil dari nama seorang arsitek berkebangsaan Belanda,Sir Vance. Bendungan dengan panjang tidak kurang dari 50 meter ini dibangun antara tahun 1926 hingga 1939 yang mempunyai 16 pintu pengatur air dengan ukuran dengan masing-masing 2,5 meter. Bendungan ini terletak di hulu sungai Lenggang, Kecamatan Gantung. Bendungan ini oleh perusahaan milik Belanda (NV.GMB) difungsikan untuk mengatur tinggi rendah permukaan air sehingga mempermudah eksplorasi kapal keruk.

Kapal keruk ” Eersteling ” pertama di Belitung dioperasikan pada tahun 1921 dengan instalasi pencucian menggunakan palong. (ERTS,1947), sedangkan Kapal keruk Dabo mempelopori penambangan timah di Indonesia yang dioperasikan di Singkep dengan tenaga uap berukuran 5 cuft dengan kedalaman gali 10 meter

Kapal Keruk Cerucuk dibuat pada tahun 1926 oleh perusahaan Werf Conrad untuk dioperasikan di Belitung dengan ukuran mangkok 7 cuft. Dengan demikian usia kapal keruk Cerucuk hingga saat ini (2006) berusia 80 tahun. Nama cerucuk adalah nama sungai yang merupakan salah satu lokasi penambangan timah di Belitung di masa Belanda.

1 komentar:

  1. 1xBet korean bets, 1xbet Korean betting
    1xBet korean bets, 1xbet Korean kadangpintar betting. 1xbet Asian Handicap. 3,000,000; 1xBet Kalian Handicap. 2,000,000. Soccer · 3,000,000; 1xBet 바카라 Kalian Handicap. 1xBet Kalian Handicap.

    BalasHapus